Berita
Diversity In Unity; Perbedaan Dalam Kesatuan
Rabu, 5 April 2017 | 03:38:09 WIB - Jumlah Dilihat: 469
 
 

Yudi Latif Mengisi Ceramah Wawasan Kebangsaan pada Penyelenggaraan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Kelas F Tahun 2017 di PKP2A I LAN Jatinangor

Jatinangor – Yudi Latif hadir memberikan ceramah dalam penyelenggaraan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XLIII Kelas F Tahun 2017 di PKP2A I LAN Jatinangor. Ceramah yang dihadiri oleh 60 peserta Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II dari berbagai instansi pusat maupun daerah ini berlangsung pada hari Selasa (04/04) di Auditorium Grha Wisesa Lantai 4.

Dalam ceramah ini, Yudi Latif menyampaikan tentang Wawasan Kebangsaan, di mana diartikan sebagai cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya. Menurutnya, ada 4 (empat) faktor yang membuat warga Indonesia mau bersatu membentuk satu negara dan merasa bersaudara. Keempat faktor tersebut di antaranya :

  1. Kesamaan sejarah/ nasib; Faktor ini menjelaskan adanya kesamaan nasib di mana sama-sama pernah dijajah oleh bangsa asing. Sebagai negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), negara Indonesia banyak dituju oleh bangsa-bangsa asing untuk di-explore kekayaan alamnya. Bahkan ada pernyataan yang muncul, bahwa “Indonesia tidak akan pernah bisa tidur nyenyak, karena akan ada banyak negara yang memperebutkan Indonesia”. Hal inilah yang membuat penduduk Indonesia merasa perlu bersatu membentuk negara, dan hidup dalam satu kesatuan.
  2. Kesamaan geopolitik; Sama-sama berada di wilayah yang dilalui garis khatulistiwa, yang membuat kesamaan iklim dan cuaca. Geopolitik juga berguna untuk mempertahankan wilayah Negara Indonesia, baik daratan, lautan maupun udara.
  3. Kesamaan sosial budaya; Letak geografis menguntungkan Indonesia, di mana alam Indonesia dapat menentukan hajat hidup dunia. Ketika terjadi bencana alam yang besar di Indonesia, seperti meletusnya gunung berapi, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh penduduk di dunia. Itulah mengapa, dunia sangat bergantung kepada alam Indonesia. Di samping itu, keragaman ras, suku, bahasa, agama, dan warna kulit turut menciptakan kemajemukan Indonesia. Ras Papua Melanesia tercatat sebagai ras pertama di Indonesia, kemudian ras mongoloid (Asiatik-mongoloid, Malayan-mongoloid, dan American-mongoloid), hingga ras Kaukasoid. Adapun perbedaan warna kulit penduduk Indonesia disebabkan karena perbedaan iklim, lokasi geografis yang mengacu kepada tingkat kelembaban, dan adanya kawin silang atau hibrida/ pencampuran dari berbagai ras yang ada. Indonesia bahkan bisa dikatakan negara yang paling lengkap warna kulitnya. Di samping ras dan warna kulit, kemajemukan Indonesia ditunjukkan dengan banyaknya suku yang ada di Indonesia. Kita sebut saja Minang, Batak, Sunda, Jawa, Bugis, Dayak dan sebagainya. Terakhir, bahasa sebagai budaya Indonesia di mana diyakinin bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa Austronesia. Kemajemukan bangsa Indonesia ini dari segala aspek menunjukkan perbedaan. Namun inilah Indonesia: diversity in unity.
  4. Kesamaan tujuan/ mimpi bersama; Motif manusia melakukan segala bentuk kegiatan/ aktivitas adalahsemata-mata mengejar kebahagiaan. Kebahagiaan inilah yang menjadi tujuan dan mimpi bersama seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan negara Indonesia—yang dapat diartikan visi-misi—tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Visi atau tujuan negara Indonesia terdapat dalam paragraf 2 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi “merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Untuk dapat mewujudkannya, mental masyarakat Indonesia harus merdeka dan bersatu, sehingga kita dapat berdaulat. Dengan begitu maka keadilan dan kemakmuran dapat diciptakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu, yang dimkasud dengan misi negara Indonesia merujuk kepada fungsi-fungsi negara. Misi ini tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 paragraf 4, yang berbunyi: “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…”

Uniknya Indonesia, meskipun terdapat banyak perbedaan (suku, agama, ras, warna kulit, dan bahasa daerah) tetapi tetap dapat hidup berdampingan. Inilah yang kemudian disebut dengan diversity in unity, perbedaan dalam kesatuan.

Sebelum menutup ceramahnya, Yudi Latif berpesan kepada seluruh peserta Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II, “ASN (Aparatur Sipil Negara-red) hendaknya jangan memperuncing perbedaan-perbedaan yang sebenarnya ilusif, tetapi justru harus mengayomi. Tunjukkan nasionalisme bukan lagi dengan mesiu, tetapi dengan kekuatan akal.”

Ceramah kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan peserta, dan diakhiri dengan kegiatan foto bersama. (Ressy Novita)

 
LOGIN PEGAWAI