Artikel
Berubahlah
Kamis, 18 Desember 2014 | 12:50:03 WIB - Jumlah Dilihat: 533
 

Penulis : Baban Sobandi

Tanpa mengurangi rasa hormat pada shohib saya  yang suka merokok, saya ingin menceritakan kisah tentang perokok. Seorang teman saya, tidak konsisten, dia sudah bertekad untuk berhenti merokok, tetapi tidak lulus. Dia hanya bertahan lebih kurang 3 minggu. Minggu keempat dia merokok lagi. Alasannya, kabita melihat orang merokok, dan mulut terasa acem. Lain halnya dengan Bapak  saya yang perokok berat. Sebelum 2009, belau bisa menghabiskan 2 bungkus rokok kretek setiap harinya. Ketika mau berangkat ke Tanah Suci Tahun 2009 yang lalu, beliau bertekad untuk berhenti merokok. Alhamdulillah, hingga saat ini beliau berhenti total. Yang lebih ekstrim lagi, teman saya yang lain, dia berhenti merokok,  bahkan ketika melihat orang merokok atau mencium bau asap rokok saja sudah alergi. 


Pertanyaannya, kenapa ada orang yang mampu berhenti total, dan ada yang tidak kuat? Jawabannya sederhana, yang kuat mempertahankan “perubahan” karena niat yang kuat yang diawali dari perubahan keyakinan dalam hati dan  perubahan pola fikir (mind set),   disertai latihan untuk menahan diri dari merokok. Sementara, teman saya yang tidak kuat bertahan, disebabkan perubahan yang dia lakukan hanya terhadap perilakunya saja, tanpa diawali oleh keyakinan hati dan pola fikirnya akan dampak negatif rokok. Makanya, secara pribadi saya kurang sepakat kalau mau meninggalkan rokok dengan menggantinya pakai permen tanpa ada penguatan keyakinan hati dan pola fikir. Itu bukan melatih meninggalkan rokok, tetapi melatih membiasakan makan permen.


Hikmah yang dapat diambil dari kisah di atas sebenarnya adalah bahwa perubahan pada diri individu ataupun kelompok hanya akan terjadi jika diawali dengan perubahan dalam keyakinan hati dan pola fikir. Perubahan perilaku yang dilakukan di fase awal hanyalah sebagai media latihan sebelum mengakar dan mendarah daging dalam kebiasaan yang permanen.


Al-Quraan, Surat Ar-Ra’d, Ayat 11: “Innalloha laa yughoyyiruu maa biqoumin hattaa yughoyyiruu maa BIANFUSIHIM”,  ditafsirkan oleh Imam Az-Zarqani, bahwa “sesungguhnya ummat yang menghendaki Allah SWT mengubah keadaan yang tidak mereka sukai ada pada kaumnya, wajib mengubah sikap jiwanya terlebih dahulu. Jika mereka telah melakukannya, niscaya Allah SWT akan mengubah keadaan mereka pada keadaan yang mereka ridlai.


Hampir senada dengan itu, Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas mengutip hadits kudsi yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman, Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, dan ketinggian-Ku, di atas Arsy, tidaklah suatu negeri dan penghuninya berada dalam kemaksiatan kepada-Ku yang Aku benci, kemudian mereka berupaya mengubah keadaan tersebut menjadi ketaatan kepada-Ku yang Aku cinta, melainkan Aku akan mengubah bagi mereka siksa-Ku yang mereka benci menjadi rahmat-Ku yang mereka sukai (Dari Ali bin Abi Thalib, sebagaimana diriwayatkan dari Al-Hafidz Muhammad bin Utsman).


Kesimpulan dari penafsiran di atas, Pertama, perubahan hanya dapat dilakukan atas izin Allah SWT. Alloh SWT yang akan mengubah sesuatu yang ada pada kita. Kedua, perubahan harus dimulai oleh inisiatif kita sebagai makhluk untuk mengubahnya, meskipun Allah SWT yang mempunyai hak untuk mengubahnya. Ketiga, inisiatif perubahan yang datang dari diri kita tersebut, harus diawali oleh dorongan jiwa yang diyakini dalam hati dan pemahaman akan perlunya perubahan tersebut (anfus).


Jadi ada 3 (tiga) syarat untuk terjadinya perubahan yang permanen yaitu: perubahan keyakinan hati, perubahan pola fikir (mind set), dan perubahan perilaku. Mengubah perilaku dalam upaya mendapatkan perubahan permanen adalah media untuk latihan pembiasaan. Tapi tetap harus diawali oleh perubahan keyakinan dalam hati dan pola fikir. Seperti, para ahli thariqah, sebenarnya memperbanyak dzikir kauliyah bukan hanya sekedar memperbanyak amal tetapi juga melatih hati supaya tetap dzikir dalam kondisi dan situasi apa pun. Masa iya, ketika kita sering melafadlkan “laa ilaaha illalloh”, lalu kaki kita tersandung batu, kemudian keluar ucapan yang lain? Tentu yang keluar dari mulut kita adalah kalimat thoyyibah itu.


Dengan demikian, kalau kita ingin berubah, maka kita harus tahu dulu apa yang akan kita ubah, lalu ke arah mana perubahan itu akan kita lakukan. Misalnya, kita ingin mengubah perilaku “malas kerja” di kantor, menjadi bekerja serius dan berkualitas, maka fokuskan perubahan yang akan kita lakukan adalah mengenai perilaku tersebut, lalu yakini dengan berbagai bukti tentang pentingnya bekerja serius dan berkualitas serta dampak negatif dan kerugian negara, masyarakat, dan diri kita, jika “malas bekerja”. Selanjutnya, rubah pola fikir kita, yang diantaranya dapat melalui proses pembiasaan. Mungkin pada awal-awalnya akan merasa berat, namun saya yakin pada saatnya kemudian, bekerja serius dan berkualitas akan menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Contoh lain orang yang akan mengubah pola hidup dengan membiasakan berolah raga. Pada tahap awal yakini dulu bahwa olah raga adalah penting dan tidak berolah raga adalah bahaya bagi kesehatan, dengan menampilkan bukti-bukti empirik. Lalu ubah pola fikir kita secara bertahap dengan cara “memaksakan” diri (latihan) untuk berolah raga. Pada tahap awal mungkin kita akan malas dan berat berolah raga. Tapi pada saatnya nanti, kita akan merasakan bahwa olah raga adalah kebutuhan bukan hanya sekedar keharusan.


Dalam konteks organisasi, perubahan hanya akan terjadi jika diyakinkan terlebih dahulu bahwa kebiasaan lama adalah tidak baik, dan kebiasaan baru yang akan menggantikannya adalah lebih baik. Bukti-bukti mengenai hal tersebut harus ditampilkan untuk meyakinkan semua komponen organisasi, bukan sekedar hipoteisi yang belum tentu terbukti. Setelah keyakinan terbentuk, baru melakukan perubahan pola fikir semua komponen organisasi. Perubahan perilaku baru, dalam tahap awal merupakan proses pembiasaan. Namun pada saatnya nanti kebiasaan baru tersebut akan menjadi budaya organisasi.


Selamat melakukan perubahan untuk menjadi manusia-manusia baru yang lebih unggul di hadapan Alloh SWT. Salam....

 
LOGIN PEGAWAI