Penulis : Yudiantarti Safitri
Lama… ribet… birokrasi yang berbelit-belit, mungkin itu semua yang anda bayangkan pada saat akan mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) di Kelurahan atau Kecamatan di Indonesia. Akan tetapi, semua hal itu tidak saya rasakan pada saat mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi S2 di Jepang. Pelayanan merupakan salah satu kunci keberhasilan Jepang dalam membangun negaranya, baik pelayanan di bidang swasta maupun pelayanan di pemerintahan.
Selama kurang lebih 2 tahun tinggal di Jepang, saya dimanjakan dengan berbagai kemudahan pelayanan di “Negara Sakura” ini. Pembuatan residence card, kartu asuransi, surat keterangan tempat tinggal dan lain-lain bisa langsung saya lakukan dan dapatkan surat-suratnya pada saat saya sampai dan melaporkan diri di Kecamatan di Jepang.
Kecamatan di Jepang dikenal dengan istilah shiyakusho (???) atau City Hall dalam bahasa Inggris. Tidak seperti di Indonesia, di Jepang tepatnya di Kota Ichikawa tempat saya tinggal tidak ada istilah kelurahan, akan tetapi mereka menggunakan istilah branch office atau kantor cabang. Bangunan City Hall di Jepang baik di kantor pusat dan kantor cabang memiliki fasilitas yang lengkap yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, seperti ; ruang pertemuan, ruang pelatihan, ruang memasak, ruang upacara teh, ruang belajar, ruang serba guna, dan ruang rekreasi.
Ruangan-ruangan yang ada selalu dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sehari-hari seperti ; kelas memasak, kelas bahasa, kelas yoga, acara buka puasa bersama dan aktivitas lainnya. Hal ini disebabkan karena tempatnya yang dekat dengan kawasan tinggal dan harga sewa yang sangat murah.
Salah satu pengguna tetap ruang belajar adalah organisasi volunteer pengajar Bahasa Jepang dengan nama organisasi konnichiwa, yang berarti halo dalam bahasa Indonesia. Para volunteer ini rata-rata terdiri dari para pensiunan yang berusia sekitar 60-70 tahun. Mereka ingin membantu para pelajar atau orang asing yang tinggal di Jepang yang tidak bisa berbahasa Jepang dari level pemula sampai level ahli.
Saya termasuk salah satu pelajar yang ikut memanfaatkan layanan dari organisasi ini, cukup dengan 200 yen per bulan atau 22.000 ribu rupiah per bulan setiap hari sabtu saya dapat mempelajari bahasa Jepang dan bertemu dengan teman-teman dari berbagai Negara. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Ini merupakan salah satu contoh pelayanan yang diberikan oleh organisasi non publik yang ada di Jepang.
Bahasa merupakan kendala bagi saya untuk bisa menjalankan aktivitas di Jepang, hampir semua informasi yang ada di Jepang baik itu informasi umum seperti; jadwal kereta, jadwal bis, produk makanan dan lain-lain ditulis menggunakan bahasa Jepang. Beruntung bagi saya yang tinggal di kawasan Tokyo, beberapa informasi sudah tertulis dalam bahasa Inggris dan hampir semua layanan jasa seperti layanan kereta, kantor pos, bis, termasuk City Hall mempunyai petugas layanan yang dapat berbicara bahasa Inggris.
City Hall di tempat saya tinggal bahkan mempunyai petugas dan volunteer yang dapat berbicara bahasa Spanyol, bahasa China, dan sedikit bahasa Indonesia. Beberapa Pemerintah daerah di Jepang, telah membuat website dalam bahasa Inggris sehingga memudahkan warga asing yang tinggal di daerah tersebut untuk dapat mengikuti aturan yang berlaku di kawasan tempat mereka tinggal.
Saat ini pemerintah Jepang, khususnya daerah Tokyo sedang mempersiapkan acara dunia yang diadakan 5 tahun sekali yaitu OLYMPIADE. Tokyo mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah OLYMPIADE 2020 nanti, untuk itu Jepang sedang berbenah diri untuk menyambut acara tersebut. Salah satunya yaitu menyediakan fasilitas tempat ibadah bagi kaum muslim. Satu hal yang saya rasakan sebagai muslim, pada saat pertama kali datang ke Jepang sangat sulit rasanya untuk menemukan mushalla atau tempat sholat di area-area publik seperti bandara, supermarket, universitas dan tempat rekreasi.
Akan tetapi, sejak ditetapkannya Tokyo menjadi tuan rumah OLYMPIADE 2020, Pemerintah mulai menyediakan tempat sholat di area-area publik. Kampus-kampus di daerah Tokyo pun mulai berlomba-lomba menyediakan ruangan untuk sholat serta menyediakan makanan halal di kantin-kantin untuk menarik minat mahasiswa muslim yang ingin belajar di Jepang.
Berdasarkan pengalaman saya selama 2 tahun tinggal di Jepang walaupun umat muslim tergolong minoritas, perkembangan penyediaan layanan bagi muslim yang tinggal di Jepang sangatlah pesat. Pemerintah dalam hal ini sangat cepat dalam menjawab akan kebutuhan masyarakat baik pendatang maupun penduduk asli yang bermukim di Jepang. Beberapa hal yang saya pelajari dari sini, bahwa pelayanan publik dapat berjalan baik dikarenakan pemerintah yang cepat dalam membaca kebutuhan masyarakatnya dan peran aktif masyarakat (volunteer) dalam membantu jalannya pelayanan publik.
Semoga kedepannya pemerintah dan masyarakat di Indonesia dapat bekerja sama dalam menciptakan pelayanan public yang lebih baik.
And in my own life, in my own small way, I’ve tried to give back to this country that has given me so much. That’s way I left job at a law firm for a career in public service, working to empower young people to volunteer in their communities. Because I believe that each of us – no matter what our age or background or walk of life – each of us has something to contribute to the life of this nation.-Michelle Obama-