Egronomi Untuk Kinerja Yang Lebih Oke
Oleh : Kezia Larasati Suparno. S.Kep. Ners
Perawat Penyelia
Perfoma kinerja seorang pegawai menjadi faktor sangat penting dalam sebuah organisasi(kantor), karena kinerja pegawai sangat menentukan baik buruknya performa dari kantor itu sendiri dan setiap individu pegawai harapkan mampu memberikan kinerja terbaiknya dengan meningkatkan mutu proses pekerjaan dan produktifitas sesuai dengan kebutuhan organisasi guna tercapainya tujuan dari sebuah organisasi/kantor.
Tututan pekerjaaan mengharuskan setiap pegawai bisa menunjukan produktivitas terbaiknya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, ditambah dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat peralatan/perlengkapan menjadikan kebutuhan pokok yang harus ada dalam menunjang pekerjaan, namun tanpa disadari individu pegawai terkadang abai pada bahaya potensial serta dampak negatif dari peralatan/perlengkapan yang digunakan selama proses bekerja, bila hal ini tidak diantisipasi dan diabaiakan secara terus menerus tentunya akan sangat berpengaruh pada kesehatan pegawai dan tidak menutup kemungkinan akan muncul penyakit akibat kerja seperti Work-related musculoskeletal disorders (WMSDs): gangguan otot dan tulang rangka (musculoskeletal disorder), atau muncul gangguan kesehatan/penyakit lainnya yang bisa menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian, dan untuk menimalisir kejadian tersebut perlu antisipasi oleh semua pihak melalui penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja dan ini sering kita dengar dengan istilah egronomi.
Konsep egronomi menjadi hal yang sangat penting untuk diterapkan dan dilaksanakan selama pegawai itu ada dalam lingkungan perkantoran dan selama proses bekerja karena dengan penerapan konsep egronomi ini akan tercipta sistem kerja yang ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat dan Efisien) sehingga kualitas hidup pegawai pun akan akan semakin membaik dan performa kinerja pegawai akan semakin oke, hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran yang didalamnya menjelaskan salah satunya tentang Ergonomi Perkantoran.
Dalam rangka menciptakan sistem kerja yang ENASE dan untuk menghindari resiko terjadinya kecelakaan/penyakit akibat bekerja, PMK N0. 48 Tahun 2016 menyebutkan bahwa standar egronomi perkantoran meliputi :
- Luas Tempat Kerja : sirkulasi udara harus baik, pegawai dapat bergerak secara bebas sehingga memudahkan untuk evakuasi jika terjadi keadaan darurat.
- Tata Letak Peralatan Kantor : Penggunaan dan penempatan peralatan dan perlengkapan perkantoran harus menyesuaian kondisi fisik pegawai dalam hal ini Dimensi peralatan kerja mengacu pada dimensi tubuh manusia (Antropometri).
- Kursi : Ukuran kursi harus disesuaikan dengan ukuran fisik pegawai yang menggunakan, kursi harus stabil, mudah dioperasionalkan, menjamin berat badan terdistribusi secara merata, sudut dari kursi tidak memberikan tekanan yang mengganggu sirkulasi darah, sandaran kursi harus menyangga tulang belakang sehingga memberikan rasa nyaman dan mencegah timbulnya nyeri punggung bawah (Low Back Pain).
- Meja Kerja : Tidak memantulkan cahaya, Cukup untuk menempatkan barang barang seperti keyboard, mouse, monitor, telepon, dan dokumen holder. Sebaiknya tidak ada barang (dokumen/CPU) dibawah yang menggangu pergerakan kaki.
- Postur Kerja : postur kerja/sikap kerja yang sering dilakukan oleh pegawai perkantoran adalah sikap duduk dengan penggunakan komputer ataupun laptop dan sejenisnya. Sikap kerja dengan posisi duduk dalam waktu yang lama sangat beresiko menyebabkan keluhan kesehatan, untuk itu kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehungga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
- Koridor : Diantara baris-baris meja diperlukan ruang/lorong koridor untuk keperluan mobilisasi pegawai dan kemudahan evakuasi saat keadaan darurat, dengan jarak minimum jarak120 cm.
- Durasi Kerja : rehat & peregangan sangat diperlukan disela aktivitas kantor yang padat untuk mere-fresh kondisi fisik dan mental. Rehat singkat dilakukan dengan metode 20 – 20 – 20 yaitu: Setiap 20 menit bekerja menggunakan computer, diselingi 20 detik rehat singkat, dengan melihat selain computer sejauh 20 feet(± 6 meter). Dan setiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan selama 10 – 15 menit
- Penanganan Beban Manual (Manual Handling): aktivitas mengangkat beban secara manual tanpa menggunakan alat perlu memperhatian berat dari beban dan posisi/postur tubuh pada saat mengangkat beban agar terhindar dari kecelakaan kerja.
Ketidaksesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja dapat menimbulkan kelelahan akibat kerja, yang bisa menyebabkan pegawai mengalami penurunan kewaspadaan, konsentrasi, dan ketelitian, yang dapat berakibat pada penurunan kinerja dan juga produktifitas dan yang lebih ekstrem bisa timbul kecelakaan kerja. Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, kelelahan yang terus menerus kemudian akan menjadi kelelahan kronis yaitu timbulnya tidak adanya inisiatif, perasaan lesu, otot rangka sakit, depresi, sulit tidur yang akhirnya akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap paparan penyakit. Ergonomi yang diterapkan didunia kerja bisa mewujudkan kantor yang sehat, aman, dan nyaman, dengan pegawai merasa nyaman pada saat melakukan pekerjaan, otomatis kinerja akan semakin oke terlebih lagi dengan melakukan sikap/perilaku yang sesuai dengan prisnsip egronomi, pegawai akan menjadi sehat, bugar, selamat, berkinerja dan produktif sehingga akan membantu mencapai tujuan organisasi/kantor.(KLS)