Green Office Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Ramah Lingkungan
Henri Sinurat – Analis Kebijakan Ahli Pertama Puslatbang PKASN
Perubahan iklim masih menjadi sorotan dunia sejak beberapa tahun ke belakang. Menjelang akhir tahun 2021, Indonesia telah melakukan pengendalian iklim dengan berbagai perubahan yang signifikan. Terutama dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar melalui situs resmi presidenri.go.id, disela-sela agenda Presidensi Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) di Glasgow, 1 November 2021.
Perubahan iklim kembali menjadi sorotan Presiden Joko Widodo pada pertengahan Juli 2023. Dalam rapat terbatas bersama jajarannya, Presiden mengagendakan pembahasan tentang antisipasi dan kesiapan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi ancaman fenomena El Nino. Berdasarkan rapat terbatas tersebut, BMKG menghimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, hingga beradaptasi terhadap pola tanam.
Perubahan iklim menyebabkan berbagai organisasi atau kelompok menyerukan penerapan “Go Green”. Seruan Go Green merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap perubahan iklim terhadap lingkungan. Kampanye Go Green mendorong masyarakat luas untuk melakukan penghematan energi, pengurangan limbah, mengunakan transportasi ramah lingkungan, penghematan penggunaan air, penggunaan sumber energi terbarukan, melakukan rebosiasi, penerapan gedung perkantoran yang ramah lingkungan (Green Office).
Green office bukanlah gedung perkantoran yang diwarnai dengan dominasi warna hijau. Green Office merupakan konsep penerapan manajemen kesehatan lingkungan pada dunia kerja. Konsep ini mendorong perubahan perilaku pegawai atau karyawan untuk lebih perduli terhadap lingkungan perkantoran. Mengacu pada pedoman kantor hijau dan sehat yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, Green Office adalah kantor yang struktur dan proses pengelolaannya efisien dalam menggunakan sumber daya dan berwawasan lingkungan sepanjang siklus operasionalnya.
Urgensi Green Office
Green Office memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, Green Office sangat mendukung efisiensi dalam penggunaan anggaran perkantoran. Green Office mendorong penghematan energi listrik. Tentunya hal ini dapat mengurangi tagihan listrik dan sejalan dengan pengurangan emisi karbon. Penghematan pada Green Office dapat diterapkan juga pada penghematan penggunaan air dan penggunaan kembali kertas bekas.
Keberadaan Green Office turut mendukung peningkatan kesehatan dan kesejahteraan pegawai. Lingkungan kerja yang sehat dan nyaman akan meningkatkan kesejahteraan pegawai. Untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, pegawai membutuhkan ruang kerja yang bersih, ruang kerja yang tidak bising, sirkulasi udara yang baik, dan sumber pencahayaan yang memadai. Jika lingkungan kerja yang tersedia sangat bertolak belakang dengan Green Office, maka terdapat potensi pegawai akan lebih mudah sakit dan stress.
Dampak lain yang ditimbulkan dari Green Office adalah perubahan perilaku pegawai. Pegawai akan mengalami perubahan perilaku dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Pegawai akan terbiasa dalam penghematan air, penghematan listrik, penggunaan kertas bekas. Pegawai juga akan terdorong untuk merubah perilaku dalam menggunakan teknologi dengan efisien dan optimal. Dampak dari perubahan perilaku ini adalah menonaktifkan peralatan elektronik saat tidak digunakan dan optimalisasi penggunaan mesin pendingin ruangan. Pegawai yang telah memahami pentingnya penerapan Green Office akan lebih cenderung menjaga kebersihan lingkungan. Pegawai tersebut juga akan menjaga keasrian lingkungan kerja.
Tantangan Penerapan Green Office
Green Office merupakan gerakan perubahan dalam lingkungan kerja. Tentunya penerapannya tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Terdapat beberapa potensi tantangan yang akan dihadapi dalam penerapannya. Pertama, kesadaran dan partisipasi pegawai. Mengubah perilaku pegawai membutuhkan waktu dan proses panjang. Merubah perilaku merupakan tantangan terbesar. Adakalanya pegawai tidak mau menerima kebijakan yang telah direncanakan. Bahkan kemungkinan penolakan bisa saja terjadi. Untuk mendorongnya, dibutuhkan proses komunikasi yang intens disertai dengan pendekatan yang persuasif.
Kedua, dibutuhkan kebijakan yang mendukung. Kebijakan yang telah ditetapkan akan menjadi acuan pelaksanaan Green Office pada instansi / lembaga. Kebijakan juga akan mendorong kepatuhan pegawai dalam menerapkan Green Office. Kebijakan juga mendorong bahwa penerapan Green Office dapat diintegrasikan dengan pelaksanaan kerja setiap pegawai. Sehingga pegawai tidak akan merasa bahwa kebijakan tersebut merupakan tugas tambahan dalam bekerja.
Ketiga, dibutuhkan anggaran yang cukup. Perubahan infrastruktur dalam penerapan Green Office tentunya membutuhkan anggaran. Bangunan perkantoran yang tersedia saat ini, mungkin belum mendukung penerapan Green Office. Sehingga dibutuhkan perubahan rancangan bangunan yang berimplikasi pada perubahan struktur keuangan instansi/lembaga. Instansi / lembaga juga membutuhkan anggaran untuk menyediakan atau mengganti peralatan kerja yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Hal ini membutuhkan biaya investasi yang patut diperhitungkan.
Keempat pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan. Green Office merupakan investasi perubahan jangka panjang. Pelaksanaannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Agar dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, maka instansi/lembaga harus melaksanakan monitoring dan evaluasi secara periodik. Hasil catatan dari monitoring akan digunakan sebagai dasar perbaikan penerapan Green Office di masa mendatang.
Penerapan Green Office dalam dunia kerja merupakan tanggung jawab bersama. Sehingga dibutuhkan peran dan tanggung jawab setiap individu agar program Green Office dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena sejatinya lingkungan kerja yang mendukung Green Office akan mengurangi dampak negatif manusia terhadap keberlangsungan bumi kita. Semoga!