Artikel
Bagaimana Cara Mengelola Pegawai Milenial ?
Senin, 8 November 2021 | 01:50:13 WIB - Jumlah Dilihat: 829
 
 

Saat ini Indonesia sedang mengalami apa yang dinamakan Generasi “Bonus demograsi”, dimana penduduk berusia Produktif berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020 yang dilaksanakan oleh BPS berada pada posisi 70,72% (berada pada range usia 15 – 64 tahun) dari 270,2 juta penduduk indonesia. Lebih lanjut jika dilakukan persentase berdasarkan generasi akan dilihat bahwa generasi Baby Boomer saat ini sebanyak 11,56% lahir diantara tahun 1946 – 1964 (saat ini berada diantara usia) 57 – 75 tahun, Generasi X sebanyak 21,88% lahir diantara tahun 1965 – 1980 (saat ini berada diantara usia 41 – 56 tahun), Generasi Y atau milenial sebanyak 25,87% lahir diantara tahun 1981 – 1996 (saat ini berada diantara usia 25 – 40 tahun), dan Generasi Z sebanyak 27,94% lahir diantara 1997 – 2012 (saat ini berada diantara usia 9 – 24 Tahun).

Jika menggunakan batas usia pensiun PNS 58 tahun maka generasi baby boomer sebagian besar akan pensiun pada tahun 2022, sehingga penduduk usia produktif mulai dari tahun 2022 akan didominasi oleh milenial dan Gen Z yang setara dengan 53,81% dari total Jumlah penduduk Indonesia. Karena dominasi milenial dan Gen Z dalam usia produktif, kita akan banyak menjumpai generasi milenial di tempat kerja. 

Puslatbang PKASN saat ini di dominasi oleh Milenial dengan persentase sebanyak 55,56% dari total pegawai Puslatbang PKASN. Banyak pihak yang menyebutkan kalau generasi milenial dan Gen Z ini adalah generasi yang anti terhadap kekangan dan tekanan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa generasi milenial adalah generasi yang susah diatur.

Apakah memang benar seperti itu? Hal tersebut kerapkali menumbuhkan rasa  kekhawatiran bagi para atasan karena harus berhadapan dengan generasi milenial. Tidak sedikit atasan yang gagap dalam mengelola generasi milenial ini, sehingga perlu lebih jauh lagi dalam memahami karakternya, agar setiap upaya yang dilakukan dbisa menjadi lebih optimal.

Selain kekurangan yang disampaikan sebelumnya, berikut karakter dari generasi milenial ini, agar memudahkan proses adaptasi bagi para atasan yang saat ini masih didominasi oleh Gen X:

  1. Idealis, salah satu sikap milenial yang dipengaruhi gen X, selain itu juga dikarenakan milenial ini mengalami situasi transisi, jika di Indonesia, milenial ini mengalami dipimpin oleh 6 Presiden, paling tidak mengalam pasang surut demokrasi dan ekonomi negeri ini sejak zaman pak Harto hingga pak Joko. Milenial sangat lebih peduli terhadap berbagai isu, seperti isu politik, hukum, ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan lainnya, generasi milenial lebih sadar dan peduli sehingga mereka memiliki cara pandang yang beragam dalam menanggapi suatu hal.
  2. Tech-savvy, seperti kita ketahui milenial ini sangat mengikuti perkembangan zaman sejak mulai menggunakan telpon koin hingga smartphone, maka tidak heran jika milenial dikenal sebagai generasi yang lebih tech-savvy dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Gaya hidup sehari-hari milenial sangat mengandalkan smartphone, tablet, dan laptop untuk melakukan banyak hal produktif untuk sukses.
  3. Fleksibel dan Agile, telah disampaikan sebelumnya, bukti milenial lebih mudah beradaptasi karena selain mengikuti transisi politik dan ekonomi, milenial pun mengikuti proses transisi teknologi sehingga, hal tersebut menempa milenial untuk lebih adaptif maupun fleksibel dalam menghadapi perubahan.
  4. Berpikir Kritis dan kreatif, hal ini bisa terjadi salah satunya milenial hari ini tumbuh di alam demokrasi yang cukup stabil (khususnya di Indonesia), sehingga hal tersebut memudahkan para milenial ini mengakses pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Mereka cenderung lebih bebas untuk memilih dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.
  5. Tidak hanya peduli soal uang, Tidak bisa dinafikan, bahwa salah satu tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan penghasilan dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian, bekerja hanya karena untuk mendapatkan uang bukan lah sesuatu yang menjadi motivasi utama para milenial. Mereka sebenarnya lebih banyak yang mengutamakan pengalaman. Generasi milenial cenderung akan mengambil kesempatan pekerjaan yang bisa memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar. Passion seperti inilah yang dikejar oleh generasi milenial.

Demikian beberapa karakter utama dari generasi milenial ini, sehingga memang perlu strategi khusus dalam menghadapinya, seperti yang disampaikan Socrates “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu”. Maka dengan demikian agar milenial ini dapat optimal dalam mengeluarkan semua potensinya di tempat kerja maka hal-hal di bawah ini dilakukan oleh para pimpinan yang berasal dari generasi X dalam memimpin milenial, sebagai berikut:

  1. Bangun kerja sama, mayoritas generasi milenial cenderung dinamis, maka membangun kerja sama sekaligus mengajak mereka maju menghadapi tantangan adalah salah satu cara memperlakukan generasi milenial di tempat kerja. Kerja sama yang dibangun akan membuat mereka berkontribusi lebih, karena generasi milenial adalah generasi yang penuh dengan kreativitas dan ide-ide yang out of the box.
  2. Dekatkan diri secara personal, ketika memiliki bawahan atau rekan kerja milenial jangan pernah membangun tembok, tetapi bangunlah kedekatan personal. Karena rasa nyaman dalam dunia kerja merupakan hal yang utama bagi generasi milenial. Dengan demikian para milenial ini akan betah di kantor dan dapat lebih bersemangat dan termotivasi dalam bekerja.
  3. Menjadi Mentor bukan Bos, seperti disampaikan sebelumnya bahwa milenial ini disebutkan cenderung sulit diatur, hal ini bisa dikatakan kurang tepat. Milenial bukan sulit diatur melainkan mereka tidak suka diatur apalagi didikte dalam bekerja. Maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi mentor, karena akan menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi. Mereka akan lebih mendengarkan arahan yang diberikan. Jangan bersikap dan memposisikan diri sebagai bos yang galak di mata generasi milenial, karena hal tersebut membuat mereka enggan berdiskusi. Namun dengan menjadi mentor, mereka akan menaruh rasa hormat dan segan, sehingga akan lebih terbuka dalam mendengarkan saran dan arahan yang diberikan.
  4. Bangun tantangan menjadi peluang, jika memiliki bawahan atau rekan kerja yang merupakan  generasi milenial, jangan buat mereka merasa tertekan dengan tantangan yang dihadapi. Bangun motivasi dan mengubah pola pikir bahwa tantangan adalah peluang untuk maju. Generasi milenial menyukai tantangan, tetapi tidak suka tekanan. Sehingga hal yang paling tepat adalah menjadikan tantangan sebagai peluang untuk berkembang di mata generasi milenial.
  5. Beri apresiasi, Prestasi diperoleh bukan tanpa perjuangan sehingga apresiasi bisa menjadi motivasi bagi generasi milenial untuk semakin meningkatkan kualitas kerjanya. Seperti disebutkan diatas apresiasi terhadap milenial atas upaya kreativitas yang dilakukan tidak melulu harus dengan uang, dengan memberikan selamat atau menyampaikan di depan umum terkait kontribusinya itu sudah cukup, atau paling tidak setelah program berhasil, traktirlaaah di ceu een atau teh ayi, bisa kaliii… heheheehee (Guruh Muamar Khadafi)
 
LOGIN PEGAWAI