Artikel
Berkaca pada India, Bijak Sikapi Larangan Mudik di Indonesia
Minggu, 25 April 2021 | 11:27:15 WIB - Jumlah Dilihat: 566
 
 

Bulan Maret 2021 yang lalu, Menteri Kesehatan Republik India mengumumkan berita gembira terkait dengan keberhasilan penanganan virus corona. Dengan penuh suka cita dan bangga India menyatakan sudah dekat dengan kemenangan melawan covid-19. Menteri Kesehatan menggunakan data pada Bulan Februari bahwa kasus infeksi rata-rata 11.000 kasus jauh dibawah tahun sebelumnya yang mencapai 93.000 kasus. Kabar gembira ini tentunya disambut penuh suka cita oleh Masyarakat India yang berjumlah lebih dari 1.366 milyar tersebut. Al hasil, kebiasaan disiplin menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan mulai ditinggalkan warganya. Masyarakat India mulai menghadiri kegiatan-kegiatan dengan banyak orang berkumpul dimana-mana.

India mengatakan bahwa negaranya memasuki fase herd immunity. Fase Herd imunity diyakini sebagai fase dimana orang akan kebal terhadap berbagai macam virus termasuk virus corona yang mematikan. Berbekal keyakinan tersebut barangkali Masyarakat India beranggapan bahwa virus tidak akan menyebar kembali setelah masyarakatnya mendapatkan vaksinasi Bulan Januari yang lalu. Mereka menjadi terlena dan bertindak seolah-olah virus telah hilang.  Dan itulah yang terjadi ketika upacara keagamaan Umat Hindu digelar di India. Jutaan Umat Hindu merayakan upacara keagamaan dan terkonsentrasi pada satu tempat yakni Sungai Gangga. Umat Hindu di India berdatangan untuk melaksanakan ibadah mandi bersama di sungai atau Kumbh Mela. Sayangnya sebagian besar dari mereka tak bermasker dan tanpa menghiraukan lagi protokol kesehatan tentunya.

Sebagian umat Hindu di India beranggapan dengan beribadah berendam di sungai, bukan hanya mampu menyembuhkan covid-19 namun juga bisa membersihkan dosa-dosa. Tak pelak lagi jutaan manusia berdatangan ke Sungai Gangga, padat dan berdesakkan disana, menjadi sasaran empuk bagi virus corona yang sesungguhnya belum mereda. Luar biasa, usai upacara keagamaan, meledaklah covid-19 varian kedua. Bagaikan sebuah tsunami yang melanda, virus corona menyebarkan kekuatannya dari semula 11.000 menjadi 250.000 orang terinfeksi corona di India. Rumah-rumah sakit disana penuh, banyak warga dan pasien yang tak bias dilayani. Pasien yang masuk pun harus berbagi tempat tidur dan oksigen untuk kebutuhan bersama. Mobil Ambulance hilir mudik dimana-mana, pasien yang tak bisa ditangani bergelimpangan dan yang mati sudah tak sempat lagi dilakukan autopsi. Mereka langsung dibakar di beberapa tempat oleh petugas karena layanan kremasi pun sudah tak mampu menampung mereka.

India dari semula gembira mendadak sedih luar biasa. India benar-benar berduka dan tak bisa lagi menyesali perbuatannya. Kini mereka tengah sibuk mengatasi badai tsunami corona. Kasus India merupakan cambuk yang sangat berharga. Indonesia diharapkan belajar lagi lebih cermat bahwa covid-19 tidak bisa dianggap remeh dan masih sangat berbahaya jika kelalaian semakin terbuka. Ketika virus ini menyebar kembali, ia memiliki kekuatan berlipat ganda dari penyebaran sebelumnya. Meskipun sudah melaksanakan vaksinasi covid-19, jangan pernah berfikir bahwa herd imunity adalah segalanya. Pandangan yang keliru mengakibatkan banyak warga India yang tak terselamatkan, banyak orang kehilangan sanak saudaranya di India.

Itulah mengapa pemerintah Indonesia melarang kembali warganya melakukan mudik Lebaran di tahun ini. Larangan kali ini benar-benar keras dengan memperluas waktu larangan dan akan benar-benar membekukan seluruh moda transportasi untuk beberapa hari yakni tanggal 6 – 17 Mei 2021. Mungkin masih banyak diantara warga yang tak terima dan bertanya-tanya mengapa mudik harus dilarang ? bagi Indonesia, tradisi mudik adalah peristiwa luar biasa, dimana jutaan warga bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Warga-warga kota akan berpulang ke kampung halaman mengunjungi sanak saudara. Dapat dikatakan mirip dengan peristiwa di  India saat pesta keagaaman di sungai gangga.

Dengan mudik masyarakat akan bergembira, karena bertemu keluarga, dan sanak saudara. Bertemu dan bersilaturahmi dengan orang tua, bersuka cita berkumpul bersama. Setelah bertemu berlanjut dengan berbagai acara mulai dari saling mengunjungi hingga rekreasi bersama. Yang dikhawatirkan tentunya adalah abaikan perotokol kesehatan, sehingga setelah berjumpa secara massive ini yang dikhawatirkan adalah mengalami nasib seperti India yakni tsunami corona. Haruskah kita mengalami lagi kehilangan keluarga ? Haruskah mulai dari nol lagi utuk melawan corona ? Sementara triliun-an telah dikeluarkan untuk mengatasi corona belum lagi dampak ekonominya yang luar biasa.

Kini India memberlakukan kembali jam malam, haruskah kita melakukan hal yang sama setelah suka cita berlebaran. Tentu kita tak ingin terpuruk karena anjloknya ekonomi bangsa. Sejak awal corona, India adalah pelajaran berharga. Saat India memberlakukan lockdown, betapa sengsaranya ekonomi mereka. Sehingga saat itu kita tidak me-lockdown negara, melainkan konsep PSBB yang menjadi pilihannya. Dan ketika India gagal menerapkan konsep herd immunity tak semestinya Indonesia gagal atas pelajaran kedua. Pemerintah benar-benar ingin mengantisipasi pergerakan penduduk yang berpotensi pada peningkatan penularan corona  antar daerah daan upaya ini tentunya membutuhkan kesadaran dan dukungan bersama seluruh elemen bangsa. Berkaca pada India, mari sikapi penuh bijak upaya pemerintah menerapkan larangan mudik pada warganya. (bphumaspuslatbangpkasn2021)

 
LOGIN PEGAWAI