Artikel
Mengurangi Stres Emak-Emak terkait Kebijakan School from Home
Selasa, 3 November 2020 | 04:19:59 WIB - Jumlah Dilihat: 653
 
 

Oleh. Krismiyati (Peneliti Muda, Puslatbang PKASN LAN)

Pandemi Covid-19 telah memaksa pemerintah untuk memberlakukan kebijakan Social Distancing dalam rangka untuk memutus rantai penyebaran Virus Corona. Konsep Work from Home (WFH) maupun School from Home (SFH) yang diberlakukan sejak pertengahan Maret 2020 telah membawa kegiatan bekerja dan belajar berada dalam satu setting ruang bernama RUMAH. Dan tidak dapat disangkal hal ini telah membawa stres baru terutama bagi para emak-emak, baik yang bekerja maupun sebagai ibu rumah tangga.

Stres ini timbul karena banyak orangtua, terutama para ibu yang dengan segala kesibukan pekerjaan kantor maupun pekerjaan domestik rumah tangga sekaligus harus mendampingi anak belajar. Terlepas dari kemampuan multitasking seorang ibu, tambahan peran ini menjadi stresor baru. Nampaknya stresor ini akan terus berlangsung mengingat baru-baru ini, tepatnya tanggal 3 Juli 2020 kemarin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadim Makarim, menyatakan bahwa kebijakan Sekolah Jarak Jauh ini masih akan berlanjut. 

Mengingat perkembangan kasus Covid-19 yang masih memprihatinkan hingga kini, pengambilan opsi kebijakan ini merupakan hal yang masuk akal. Berdasarkan analisis sederhana dikaitkan dengan prediksi tersediaan vaksin yang kemungkinan baru akan ada tahun depan, signifikansi pertambahan kasus positif per hari, serta pengamatan terhadap tingkat ketidak-taatan masyarakat terhadap protocol kesehatan, maka rasanya tidak berlebihan bila pandemi ini diprediksi masih akan berlangsung dalam kurun waktu lama. Karenanya kemudian adalah “wajar” jika Kebijakan SFH akan diperpanjang untuk tahun akademik 2020/2021. Alasan kesehatan dan keselamatan anak-anak tentunya menjadi konsiderasi paling utama.

Namun dibalik segala alasan “keterpaksaan” perpanjangan pemberlakuan kebijakan tersebut, sudah semestinya penyelenggaraan SFH yang diberlakukan kemarin dievaluasi bersama, baik oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sekolah maupun Orang Tua. Selama ini, kegagapan sekolah dalam menyikapi kebijakan SFH ini sangat terlihat dari bagaimana sekolah hanya sekedar berperan dalam memberikan penugasan “Pekerjaan Rumah” yang harus diselesaikan oleh siswa semata. Di sisi lain, segala tuntutan penyelesaian tugas sekolah beserta bukti dokumentasinya telah membuat para ibu keteteran dan stres dalam mendampingi putra putrinya. Para ibu yang selama ini kurang terlatih untuk mengajari anak menjadi kewalahan dan kebingungan disamping beban pekerjaan kantor dan rumah tangga yang harus diselesaikannya. Pendidikan yang semestinya menjadi sebuah proses belajar yang menyenangkan bagi siswa kemudian beralih orientasi menjadi sekedar menyelesaikan tugas atau PR agar memperoleh nilai. 

Karena pandemi ini kemungkinan akan berlangsung cukup lama, maka kita perlu merubah mindset atau cara berfikir kita, bukan hanya sekedar menunggu bulan demi bulan berganti dan berharap Corona segera berlalu, tapi kita perlu menyikapinya secara progressif. Dalam konteks pembelajaran jarak jauh pun kita harus lebih proaktif. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: Pertama, teknologi sudah semestinya tetap menjadi hal mendasar yang perlu terus dikembangkan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Dalam hal ini, sekolah yang sebelumnya hanya berperan dalam memberikan penugasan dan penilaian siswa maka sudah saatnya mulai mengembangkan layanan kelas-kelas interaksi online yang menarik yang dapat mempermudah proses pembelajaran siswa di rumah; Kedua, orang tua sebagai ujung tombak yang mendampingi proses belajar anak di rumahpun perlu membuka diri dan terus belajar agar bisa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran anak. Pembekalan terkait dengan metode belajar dan stimulasi yang efektif, serta ilmu-ilmu parenting dapat membantu meningkatkan pemahaman orang tua mengenai tahapan belajar dan kebutuhan anak yang sesuai yang pada gilirannya dapat memampukan orang tua untuk meregulasi emosi dan mengurangi tingkat stresnya. Sebagai akibatnya, orang tua dapat berkontribusi menciptakan kondisi belajar mengajar di rumah yang kondusif dan tidak membebani bagi anak. Layanan-layanan pembekalan dalam kerangka mendukung peningkatan kapasitas orang tua untuk mendampingi anak-anak belajar di rumah ini perlu diberikan oleh sekolah atau dapat juga dilakukan secara mandiri oleh orang tua. Harapan kedepannya, pembelajaran jarak jauh dapat menjadi salah satu opsi metode pembelajaran “New Normal” dalam pendidikan di Indonesia. 

 
LOGIN PEGAWAI