Artikel
Keimanan adalah Dasar Amal oleh Ade Suhendar
Senin, 9 Mei 2016 | 10:27:08 WIB - Jumlah Dilihat: 2174
 
 

Keimanan adalah dasar amal, amal hati lebih penting daripada amal fisik. Berusaha menyelaraskan amal hati dan amal fisik dalam bentuk yang sempurna merupakan tuntutan hukum syariat, sekalipun tuntutannya tidak sama.” Hasan Al-Bana

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal Islam sebagai agama yang maha sempurna sehingga dengan kerelaan kita meyakini untuk diikuti atau dalam istilah lain kita imani, untuk menjaga keimanan terhadap Islam tetap kuat dan terus ditingkatkan, maka dikenal pilar-pilar keimanan dalam Islam yang terangkum dalam rukun iman, dimulai iman kepada Alloh sampai iman kepada kodho dan qodar (iman kepada kepastian baik dan buruk dari Alloh swt).

Bagi seorang muslim keimanan seharusnya menjadi motivator dalam menjalankan sesuatu baik ibadah kepada Alloh maupun aktifitas kehidupan lainnya seperti interaksi antar manusia atau lebih kita kenal dalam bersosialisasi, keimanan yang ada dalam hati terhadap Alloh selain menjadi motivator juga seharusnya menjadi dasar amal karena suatu perbuatan tidaklah akan diterima oleh Alloh apabila tidak didasari keimanan. Perbutaan/amal akan membuahkan hasil yang terbaik laksana sebatang pohon yang akarnya tertanam kuat dalam tanah, sehingga dapat menghasilkan buah yang baik dan segar.

Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa amal hati akan menjadi lebih penting daripada amal badani, sebab hati merupakan sumber dan pengarah amal yang kita lakukan. Ketika hati penuh dengan ikhlas dan didasari keimanan seyogyanya dapat tercermin dalam perbuatan yang menjadi penentram bagi orang lain. Badan ini  bagaikan wajan atau tempat yang berisi air, sehingga perbuatan amal yang keluar lewat aktifitas, ucapan, penglihatan dan pendengaran hakikatnya gambaran apa yang ada dalam hati. Ketika yang ada dalam tubuh ini kebaikan pastilah yang keluarnya kebaikan sebaliknya apabila yang keluar dari kita sebuah umpatan, caci maki, hasutan, keegoisan dan lainnya hakikatnya adalah cerminan apa yang ada dalam hati.

Rosululloh pernah bersabda : “ semua amal perbuatan ialah tergantung pada niatnya. Bagi seseorang, adalah apa yang diniatkannya. Barang siapa berhijrah mencari ridha Alloh dan Rosulnya, maka hijrahnya pun karena Alloh dan Rosulnya. Dan barang siapa hijrahnya karena harta dunia atau wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnyapun kepada apa yang diharapkannya” (HR. Bukhari Muslim)

Sering kita mendengar bahwa perbuatan seperti apapun tidak menjadi persoalan yang penting niatnya, hal ini berlandaskan hadits di atas. Padahal sesungguhnya hadits ini memberikan gambaran bagaimana seharusnya kita menselaraskan antara niat yang ada dalam hati dengan perbuatan yang kita lakukan, atau istilah lain amal hati tidak cukup tanpa adanya realisasi berupa amal badani dan sebaliknya amal badani akan menjadi kosong tanpa arti tanpa didasari keikhlasan, keimanan yang ada dalam hati.

Sinkronisasi antara hati dan perbuatan harus terus kita bina dan tingkatkan kapasitasnya sebagai bentuk ikhtiar kita menjadi sosok pendakwah yang hakiki, setiap insan mendapatkan kewajiban untuk mendakwahkan keagungan Islam ke seluruh penjuru bumi ini kewajiban tersebut lebih kita kenal dengan istilah dakwah. Dakwah bukanlanlah menjadi tanggungan ulama, ustadz dan guru mengaji semata, tetapi dakwah memperkenalkan keagungan ajaran Islam merupakan kewajiban semua insan yang meyakini kebenarannya. Dan dakwah yang terbaik sebagaimana dicontohkan Rosululloh SAW, yakni dakwah dengan menselaraskan keimanan yang ada dalam hati dengan perbuatan/aktifitas.

Ketika keimanan yang mendasari sebuah amal maka amal itu akan bermanfaat bagi orang lain, ketika hati hanya ditautkan kepada Alloh maka perbuatannyapun akan berlandaskan Alloh lewat berbagai aktifitas dan profesi. Tidaklah sepenuhnya benar bahwa yang berhubungan dengan Alloh dan Rosulnya itu hanya berada di dalam masjid, surau dan tempat-tempat ibadah saja, tetapi yang dinamakan implementasi keimanan dalam hati bisa dilakukan dengan berbagai aktifitas dan profesi lain tanpa mengenal batas waktu dan dimensi ruang selama tidak bertentangan syariat dan di sanalah terletak kewajiban berdakwah dengan menselaraskan hati dan perbuatan.

 

 
LOGIN PEGAWAI