Artikel
Hati - hati Aliran Sesat Oleh : Baban Sobandi
Kamis, 21 Januari 2016 | 10:33:36 WIB - Jumlah Dilihat: 5686
 
 

Negara kita saat ini sedang dihebohkan dengan banyaknya orang hilang. Beberapa orang yang telah ditemukan ternyata direkrut oleh suatu organisasi yang berdasarkan penelitian Majlis Ulama Indonesia merupakan aliran sesat. Dia adalah Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Saya tidak membahas tentang Gafatar ataupun aliran sesat pada umumnya. Dalam tulisan ini, saya hanya ingin bercerita sedikit tentang “aliran sesat” yang kemungkinan besar dapat terjadi pada diri kita. “Aliran Sesat” dimaksud adalah aliran darah dalam tubuh kita ketika tidak normal yang disebabkan oleh penyakit ruhani. Mudah-mudahan menjadi bahan renungan dan masukan untuk perbaikan diri kita.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “SESAT” diartikan sebagai tidak melalui jalan yang benar, salah jalan, keliru, berbuat yang tidak senonoh, atau menyimpang dari kebenaran. Sedangkan Bahasa Arabnya “SESAT” adalah dholal atau dholalah. Maknanya antara lain tersembunyi, pergi/lenyap, sia-sia, rusak, lupa, bingung, dan keliru. Mencermati pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan, SESAT pada intinya adalah tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Kembali kepada topik awal tentang “Aliran sesat yang mungkin terjadi pada diri kita, yaitu aliran darah”,  menurut para ilmuwan, jaringan pembuluh darah yang berada pada tubuh kita begitu panjang, ada yang mengatakan sekitar 100.000 kilometer jika dibentangkan di atas permukaan datar. Dan setiap saat pembuluh darah yang panjang itu, hilir mudik dialiri darah untuk mengangkut zat-zat makanan dan oksigen untuk keperluan sel tubuh. Dalam pembuluh darah, zat makanan diantarkan ke sel-sel, seperti halnya kapal mengantarkan muatan melalui samudera. Oksigen, lemak, dan asam amino mengalir di dalam aliran darah dalam bentuk paket-paket dan dibongkar di sel-sel tujuan. Jadwal pengangkutan ini tidak pernah batal. Jumlah zat yang diperlukan dalam jumlah seharusnya diantarkan ke sel yang tepat pada saat yang tepat pula. Jika tidak demikian, misalnya jika sebuah sel yang membutuhkan oksigen malah mendapatkan lemak, sel ini akan mati. Kesalahan sekecil apa pun dalam sistem ini bisa menyebabkan bahaya serius. Kesalahan seperti ini tidak pernah terjadi, kecuali jika ada sesuatu yang tidak biasa, karena tidak satu pun dari semua ini terjadi karena kebetulan. Alloh SWT, Sang Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara telah menciptakan, mengatur, dan memelihara sistem ini dengan sempurna untuk kepentingan manusia (Sumber: Harun Yahya, “Keajaiban di Dalam Tubuh Kita”, 2009)

Masih terkait dengan darah, pada Tanggal 8 Juli 2013, Howitworksdaily melansir, jika dikalkulasi dalam seminggu, aliran darah mencapai hampir 170 Km (tepatnya 169,3 km). Atau dalam sehari 24,3 km atau per jam 1,01 km. Dengan dasar kalkulasi itu, bisa dihitung kecepatan rata-rata darah dalam tubuh, yaitu 28 cm per detik (Vivanews, 2013). Subhanalloh.


Bayangkan, kita tidak menyadari hal itu dan kita tidak bisa mengendalikannya. Semua berjalan di “bawah sadar” kita. Semua diatur oleh Yang Maha Kuasa. Barang kali, makna kata bijak “Man a’rofa nafsahu, faqod a’rofa robbahu (Siapa yang mengenal dirinya, maka niscaya akan mengenal Tuhanny)” adalah bahwa setelah kita kenal betapa luar biasanya apa yang ada pada diri kita, dan betapa lemahnya pengetahuan dan kemampuan kita, maka kita akan sampai kepada pengakuan bahwa hanya Alloh yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Alloh ciptakan semuanya itu tidak ada yang sia-sia, “Robbanaa maa kholaqta hadzaa bathilan”.

Nah yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini adalah kesesatan aliran darah kita ketika kita salah memberikan nutrisi terutama nutrisi ruhani. Perlu saya ingatkan kembali, bahwa darah kita mengalir secara teratur jalurnya, kecepatannya, serta barang yang dibawannya.. Dia mengalir tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat seuai dengan ukuran yang telah Alloh tetapkan. “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya). Dan Yang menentukan qodar/ukuran/standar (masing-masing) dan memberi petunjuk  (QS. Al-A’la: 1-3). Nah, aliran darah yang telah Alloh berikan ukurannya tersebut, sering kali menjadi tersesat akibat ulah kita sendiri.

Kesalahan memberikan nutrisi makanan yang bersifat fisik (misalnya kelebihan kolesterol, kelebihan gula, kelebihan asam urat, dan lain-lain) bisa menyebabkan barang yang dibawa darah tidak sesuai jenis maupun ukurannya, sehingga bisa menyebabkan beban yang dipikul oleh darah menjadi berat dan akhirnya aliran darah menjadi tersesat.

Demikian juga, salah makan yang bersifat ruhaniah, atau tidak pernah memberi makan ruhani, misalnya tidak pernah mencari ilmu agama, tidak pernah beribadah, sering mendengarkan gosif ketimbang mendengarkan nasihat agama, sering melihat aurat ketimbang melihat ayat Alloh, sering memikirkan bagaimana mencari harta dan jabatan ketimbang memikirkan ciptaan Alloh, sering mengumpat dan menggibah ketimbang menasehati, sering iri ketimbang berterima kasih, sering sombong ketimbang rendah hati, sering mengingkari nikmat ketimbang mensyukurinya. Semua itu adalah makanan rohani yang akan menyebabkan aliran darah tersesat, tegang, dan tidak lancar, sehingga akhirnya hidup menjadi tidak sehat secara rohani yang pada akhirnya juga berdampak kepada penyakit jasmani. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian yang disampaikan American Psychological Association, bahwa stres jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi dan peningkatan risiko serangan jantung atau stroke. Stres adalah penyakit mental yang hanya bisa diobati secara ruhani.

Seandainya kita belum tersesat, maka hati-hatilah, berikan makanan ruhani terbaik. Jika kita sudah terlajur tersesat maka kita harus secepatnya kembali. Dalam bahasa agama disebut “TAUBAT”. Kapan kita harus taubat? Setiap saat. Untuk dapat bertaubat langkah pertama adalah mengevaluasi diri. Bagaimana pola makan dan pola hidup kita? Apakah kita sudah memberi makan kepada jasad kita dengan benar? Apakah kita sudah memberi makan kepada ruhani kita dengan benar? Karena, sekali lagi, kesalahan dalam memberi makanan jasmani ataupun ruhani akan menyebabkan aliran darah kita tersesat. Tentu yang paling parah, jika  ketersesatan tersebut sampai terbawa ke akhirat. Artinya, masuk neraka. Naudzubillahi min dzalik. Dan kesesatan yang akan terbawa hingga ke akhirat (jika tidak cepat kembali atau bertaubat) adalah ketersesatan ruhani sebagai akibat kesalahan dalam memberikan makanan ruhani. Jadi, bergiatlah menuntut ilmu, tingkatkan amal sholeh, perbaiki hubungan dengan sesama, seriuslah dalam bekerja, ikhlaslah dalam beramal. Semoga kita tidak terjerumus kepada aliran yang menyesatkan.

Wallohu a’lam.

 
LOGIN PEGAWAI