Artikel
Sukses Dunia Akhirat
Selasa, 1 September 2015 | 01:13:49 WIB - Jumlah Dilihat: 3011
 
 

SUKSES DUNIA AKHIRAT

Oleh Baban Sobandi

 

Rasululloh Muhammad SAW merupakan suri teladan bagi kita dalam seluruh aspek kehidupan. Dalam berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, berpolitik, beribadah kepada Sang Khalik, dan dalam aspek kehidupan lainnya. “Skenario” Alloh dalam mencetak Rosululloh Muhammad SAW menjadi sosok sukses, sungguh luar biasa. Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim, kemudian dirawat oleh ibunya yang dalam usia beliau masih kanak-kanak juga sudah meninggalkannya. Lalu dirawat oleh kakeknya yang juga dalam usia yang belum baligh, kakeknya wafat. Selanjutnya dirawat oleh pamannya Abu Thalib. Dalam perjalanan menempuh kehidupannya begitu pelik dan penuh tantangan, sehingga terbentuklah sosok Muhammad yang begitu mulia, dan ALLOH SWT mengangkatnya menjadi Rosululloh.

Lalu, siapa yang tidak kenal Imam Syafi’i, Rohimahulloh. Beliau imam besar yang mazhab pemikiran fikihnya banyak diikuti ummat Islam di Dunia. Bahkan di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, pengikut Mazhab Syafi’i merupakan yang terbesar. Imam Syafi’i yang mempunyai nama lengkap Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’i (Asy-Syafi’i) adalah seorang ulama besar yang lahir 150 tahun kemudian setelah Rasululloh Hijrah dari Makkah ke Madinah. Dalam usia 7 (tujuh) beliau sudah hafal seluruh Al-Quran. Hingga saat ini pemikirannya masih tetap menjadi rujukan dan dikagumi oleh ulama-ulama di Dunia. Kesungguhan Imam Syafi’i dalam menimba ilmu dari banyak ulama dan di berbagai tempat menjadi bukti betapa kesuksesan harus ditempuh dengan kerja keras dan kesungguhan. Imam syafi’i merupakan contoh sosok sukses yang patut kita teladani.

Di Indonesia tidak ada yang tidak mengenal Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Rohimahulloh. Seorang ulama besar kelahiran Sumatera Barat pada Tahun 1908 M, yang sangat berpengaruh dalam kehidupan dan perjuangan ummat Islam dan Bangsa Indonesia. Beliau yang menulis Tafsir Al-Azhar yang karyanya tersebut masih tetap bisa kita nikmati hingga saat ini. HAMKA merupakan sosok lain kisah kesungguhan, keteguhan, dan kesuksesan yang dapat kita tiru.

Di kantor kita pun, di LAN banyak kisah sukses yang bisa kita jadikan teladan. Almarhum Pak Idup Suhadi – semoga Alloh SWT merahmatinya dan mengampuni segala dosa dan kesalahannya --- merupakan pegawai yang dapat dibilang sukses. Berdasarkan informasi yang saya terima, beliau merangkak dari bawah dengan penuh semangat dan kerja keras, akhirnya sukses mencapai salah seorang pimpinan tinggi di LAN (sebagai deputi). Beliau pun dapat kita jadikan penyemangat untuk terus berjuang, belajar, dan memberikan yang terbaik bagi Negara dan organisasi kita ini.

Kita pun kenal Thomas Alfa Edison penemu lampu listrik, Albert Einstein penemu teori relativitas, BJ. Habibie dengan keahliannya di Bidang Pesawat Terbang, KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, KH. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdatul Ulama, KH. A. Hassan pendiri Persis, Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta proklamator kemerdekaan Indonesia, serta ilmuwan dan tokoh lainnya yang jejak-jejak perjuangannya dan karya-karyanya memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan ummat manusia. Itu semua kisah perjuangan menuju kesuksesan.

Tokoh-tokoh yang saya kemukakan hanyalah sekedar contoh untuk mematrikan kembali dalam pemikiran kita tentang betapa pentingnya keinginan dan kesungguhan sebagai penentu kesuksesan. Kesuksesan yang saya maksudkan terutama dilihat dari nilai manfaat bagi ummat manusia.

Memang, kesuksesan merupakan cita-cita semua orang yang hidup di dunia ini. Bahkan, sebagai makhluk beragama kesuksesan bukan hanya ingin diraih di dunia tetapi juga nanti  di alam baqa. Oleh karenanya, sangat ironi, jika kita yang mempunyai visi sukses dunia akhirat, tetapi tidak tahu strategi untuk mencapainya.

            Sukses sebenarnya merupakan resultan dari perkalian antara kompetensi dengan motivasi (Sukses = Kompetensi x Motivasi).  Makin tinggi motivasi dan kompetensi seseorang, maka makin tinggi peluang seseorang untuk sukses. Sebaliknya jika motivasi dan kompetensi rendah. Bahkan, kalaupun motivasi tinggi tetapi kompetensi “nol” maka kesuksesan tidak akan terwujud (Sukses = 0 x motivasi = 0). Demikian juga, meskipun kompetensinya tinggi, jika tidak punya motivasi alias motivasinya “nol”, maka kesuksesan tidak akan dapat diraih (Sukses = Kompetensi x 0 = 0). Nampak bahwa, orang yang mempunyai kompetensi tapi tidak beramal sama hasilnya dengan orang yang tidak mempunyai kompetensi. Bahkan dalam pandangan Alloh SWT bisa jadi malah dimurkai, “Amat besar kebencian di sisi Alloh  bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kau kerjakan” (QS. As-Shoff: 3). Contohnya, orang yang bisa masak Soto Bandung tetapi dia tidak memasaknya, sama hasilnya dengan orang yang tidak bisa masak Soto Bandung, yaitu “nol”, tidak ada Soto Bandung yang bisa dinikmati. Orang yang tahu ilmu tentang sholat berjama’ah, tetapi tidak melakukannya maka dia tidak akan mendapatkan pahala berjama’ah seperti halnya orang yang tidak tahu ilmu sholat berjama’ah.

            Kompetensi dapat dibangun dengan ilmu. Dan ilmu akan diperoleh melalui belajar yang tidak pernah henti. Belajar formal dan informal. Di sekolah ataupun di luar sekolah. Mendengar ataupun membaca. Dan yang paling utama belajar pada Universitas Kehidupan yang tiada henti. Pantas kalau Alloh SWT menjelaskan dalam QS. Al-Mujadillah ayat yang ke 11 “Alloh akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Dan dalam berbagai sabdanya Rasululloh menjelaskan : Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat; Carilah ilmu dari mulai buaian sampai liang lahad; Carilah ilmu walau sampai ke Negeri China”. Serta hadits lainnya yang menjelaskan betapa pentingnya ilmu dan mencari ilmu.

            Jadi, untuk mendapatkan kesuksesan dunia carilah ilmunya. Untuk mendapatkan kesuksesan akhirat cari juga ilmunya, dan untuk medapatkan kesuksesan dunia akhirat, maka carilah ilmu keduanya, beramallah untuk keduanya, ikhlaslah karena Alloh yang menciptakan dunia akhirat, dan yakinilah bahwa upaya tersebut akan mendapatkan balasan kebahagiaan dari Sang Maha Pemberi Kebahagiaan, Alloh SWT. Dalam salah satu hadits disebutkan “Barang siapa menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kedua-duanya maka harus dengan ilmu”.

Sementara motivasi dibangun dengan keyakinan akan tujuan yang hendak dicapai. Dan tujuan yang hakiki adalah keyakinan bahwa apapun dan sekecil apapun yang kita lakukan akan dibalas oleh Sang Kholik. Faman ya’mal mitsqoola dzarrotin khoiron yarohu, waman ya’mal mitsqoola dzarrotin syarron yarohu. Makin banyak melakukan kebaikan maka kita akan mendapatkan balasan yang makin banyak pula. Demikian juga sebaliknya, jika kebaikan yang kita lakukan hanya sedikit.

Motivasi akan tercermin dari kesungguhan dalam menjalankan usaha untuk mencapai kesuksesan tersebut. Abdul Qadir Audah dalam bukunya “Tarbiyyah Ruhiyah” menyampaikan 5 (lima) tahapan untuk mencapai sukses (taqwa). Salah satu langkahnya adalah mujahadah atau kesungguhan. Dalam Al-Qur’an pun Alloh SWT berfirman: “Dan orang orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, maka pasti kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”.

Jadi kalau kita ingin sukses dunia akhirat, maka belajarlah, bersungguh-sungguhlah, iringi dengan do’a dan tawakkal kepada Sang Maha Pencipta. Wallohu a’lam.

 

 
LOGIN PEGAWAI